Bola.net
·9 January 2025
Bola.net
·9 January 2025
Bola.net - Posisi pelatih di dunia sepak bola memang sering diibaratkan sebagai kursi panas yang Rentan akan kritik, desakan, bahkan pemecatan di tengah jalan. Fenomena ini pun tak luput dari perhatian dalam dinamika sepak bola Indonesia, termasuk saat isu pelengseran Shin Tae-yong dari posisi pelatih Timnas Indonesia mencuat.
Meski publik hanya bisa berspekulasi dari luar lingkaran PSSI dan Timnas Indonesia, fakta di balik pemutusan kontrak Shin Tae-yong tetap menjadi perbincangan hangat. Erick Thohir, Ketua Umum PSSI, saat jumpa pers pada Senin (6/1/2024), berusaha diplomatis dalam menyampaikan alasan di balik keputusan tersebut.
"Apa yang kita lakukan hari ini tidak lain adalah demi kebaikan Timnas Indonesia," ujar Erick Thohir. "Dinamika di dalam Timnas Indonesia perlu menjadi perhatian khusus. Kami melihat perlunya pemimpin yang dapat menerapkan strategi yang disepakati oleh para pemain, komunikasi yang lebih baik, dan implementasi yang lebih efektif," tambahnya.
Namun, jika ditarik benang merah dari beberapa peristiwa sebelumnya, salah satunya adalah rapat khusus pemain sebelum kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi dengan skor 2-0, mungkin dapat ditemukan indikasi adanya tekanan internal yang berujung pada penghentian kerja sama tersebut.
Rizky Ridho, Maarten Paes, dan Jay Idzes pada laga Timnas Indonesia vs Australia (c) Bagaskara Lazuardi
Fenomena 'kudeta' pemain terhadap pelatih memang bukan hal baru di sepak bola. Gusnul Yakin, pelatih senior sekaligus pengamat sepak bola Indonesia, mengungkapkan bahwa gerakan semacam ini kerap terjadi, baik di level klub maupun tim nasional.
"Isu bahwa Shin Tae-yong jadi korban move pemain memang sulit dibuktikan. Namun, gerakan pemain melengserkan pelatih sudah biasa terjadi di sepak bola," ujar Gusnul.
"Saya juga pernah mengalaminya saat jadi pelatih klub. Biasanya, itu dilakukan pemain paling berpengaruh di tim, lalu dia memprovokasi teman-temannya untuk melakukan kudeta," imbuhnya.
Pertandingan Selanjutnya
2 dari 3 halaman
Ketua PSSI, Erick Thohir (tengah), dalam konferensi pers Perkembangan Timnas Indonesia (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi
Dilansir Bola.com, sejarah sepak bola Indonesia mencatat beberapa kasus serupa. Pada 2004, Jaya Hartono harus mundur dari kursi pelatih Persik Kediri meski baru saja mempersembahkan gelar Divisi Utama pada musim 2003.
Hal serupa dialami Aji Santoso yang terpaksa meninggalkan Persisam Putra Samarinda pada musim ISL 2009-2010 akibat gerakan pemain. Dalam kedua kasus tersebut, pemain yang menjadi otak gerakan sempat disebutkan namanya oleh para pelatih yang terdampak.
"Jika ada move seperti itu, manajemen selalu memilih berada di pihak pemain. Logikanya, memecat pelatih lebih mudah untuk cari penggantinya daripada memecat beberapa pemain saat kompetisi berlangsung," jelas Gusnul.