Bola.net
·13 de dezembro de 2024
Bola.net
·13 de dezembro de 2024
Bola.net - Timnas Indonesia harus puas dengan hasil imbang 3-3 melawan Laos dalam laga kedua Grup B Piala AFF 2024 di Stadion Manahan, Solo, Kamis (12/12/2024). Setelah tampil mengesankan di laga pertama, kekurangan dalam formasi dan pemilihan pemain membuat Indonesia harus rela berbagi poin dengan Laos.
Performa Timnas Indonesia mendapat sorotan tajam, terutama dari pengamat sepak bola Gusnul Yakin. Meski sebelumnya sering memuji Shin Tae-yong, kali ini ia tidak bisa menahan kritikan terhadap keputusan-keputusan yang diambil oleh pelatih asal Korea Selatan tersebut.
Menurut Gusnul Yakin, Shin Tae-yong seharusnya mulai mengurangi eksperimen dalam pertandingan resmi seperti Piala AFF 2024. "Piala AFF adalah turnamen antarnegara yang diakui FIFA, meskipun poinnya kecil. Jadi, Shin Tae-yong harus berhenti dengan kebiasaan coba-coba," ujarnya.
Kritik ini muncul setelah Timnas Indonesia gagal meraih kemenangan melawan Laos. Gusnul Yakin menilai bahwa percakapan mengenai hasil imbang ini harus dilihat sebagai peringatan untuk lebih serius menghadapi setiap pertandingan.
Salah satu keputusan yang paling disorot Gusnul Yakin adalah penempatan Kakang Rudianto sebagai bek tengah di sisi kanan. "Kakang Rudianto jadi kelemahan pertahanan Timnas Indonesia. Dia tak punya kecepatan lari dan sering kalah adu lari dengan pemain Laos," ungkapnya.
Selain masalah kecepatan, Gusnul Yakin juga menyoroti kekurangan Kakang dalam penguasaan bola. "Saya amati Kakang masih berpikir lama ketika dapat bola. Seharusnya sebelum menerima bola, dia sudah tahu ke mana bola akan diarahkan," ujarnya.
"Beberapa kali passing Kakang kurang mantap, bola tanggung sering terjadi, yang membuat pemain lain berisiko cedera akibat pelanggaran lawan," jelas Gusnul Yakin.
"Kesalahan fatal pada Kakang, berapa kali hanya ada Ferrari dan Kadek Arel saat Timnas Indonesia diserang Laos," ungkapnya.
Menurutnya, daerah yang ditempati Kakang Rudianto menjadi titik lemah yang dimanfaatkan oleh tim Laos. Hal ini menyebabkan Indonesia harus berjuang lebih keras di sektor pertahanan.